Indonesia sejak dulu dikenal sebagai penghasil rempah.
Melimpahnya rempah di Indonesia telah menarik negara-negara lain berdatangan ke
Indonesia sejak lama. Rempah menjadi bahan penting yang digunakan dalam
masakan. Hingga kini masakan dan citarasa makanan Indonesia telah dikenal
dunia. Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan
dunia berkat lokasi, dan sumber daya alamnya yang kaya.
Tradisi Masakan Indonesia telah menjadi salah satu
tradisi kuliner yang paling kaya di dunia, dan penuh dengan cita rasa yang
kuat. Kekayaan jenis masakan yang ada di Indonesia sendiri merupakan
cermin keberagaman budaya dan tradisi Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000
pulau berpenghuni, dan menempati peran penting dalam budaya nasional Indonesia
secara umum. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal
dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu, kunci, lengkuas,
jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan
teknik-teknik memasak menurut bahan, dan tradisi-adat yang terdapat pula
pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur
Tengah, dan Eropa (terutama Belanda, Portugis dan Spanyol).
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan
Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan daerah yang
dipengaruhi secara lokal oleh kebudayaan Indonesia serta pengaruh
asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras
yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia, namun
untuk bagian timur lebih umum dikonsumsi sagu, jagung, singkong,
dan ubi jalar. Bentuk penyajian umum sebagian besar makanan Indonesia
terdiri atas makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur di
sisi piring.
Menurut sejarahnya dulu, jejak kuliner Indonesia telah
didapati dalam sejumlah prasasti abad ke-8 sampai ke-10 Masehi. Ketika itu,
istilah boga telah dikenal, yakni makanan yang berhubungan dengan
dapur, dibuat dengan sentuhan seni dan memberikan kenikmatan. Hal itu banyak
didapati pada prasasti Jawa dan Sumatra. Namun semakin ke timur Indonesia, tak
banyak catatan, dan bahannya makin homogen, yakni sagu. Teknik memasak,
dan bahan makanan asli Indonesia berkembang, dan kemudian dipengaruhi oleh seni
kuliner India, Timur Tengah, Cina, dan akhirnya Eropa. Para pedagang
Spanyol dan Portugis membawa membawa berbagai bahan makanan dari benua Amerika jauh
sebelum Belanda berhasil menguasai Indonesia. Pulau Maluku yang
termahsyur sebagai "Kepulauan Rempah-rempah", juga menyumbangkan
tanaman rempah asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan
bagian timur Indonesia mirip dengan seni memasak Polinesia dan Melanesia.
Masakan Sumatra, sebagai contoh, seringkali menampilkan
pengaruh Timur Tengah, dan India, seperti penggunaan bumbu kari pada
hidangan daging, dan sayurannya, sementara masakan Jawa berkembang
dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan Cina dapat
dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi, bakso,
dan lumpia telah terserap dalam seni masakan Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat
ditemukan di beberapa negara di benua Asia. Masakan Indonesia yang populer
seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan Singapura.
Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan tempe,
juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal
dari fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari makanan fermentasi
kedelai adalah oncom, mirip dengan tempe tetapi menggunakan jenis jamur yang
berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.
Makanan Indonesia umumnya dimakan dengan menggunakan
kombinasi alat makan sendok pada tangan kanan, dan garpu pada
tangan kiri, meskipun demikian di berbagai tempat (seperti Jawa Barat dan Sumatra
Barat) juga lazim didapati makan langsung dengan tangan telanjang.
Di restoran atau rumah tangga tertentu lazim
menggunakan tangan untuk makan, seperti restoran boga bahari, restoran
tradisional Sunda dan Padang, atau warung tenda pecel lele dan ayam
goreng khas Jawa Timur. Tempat seperti ini biasanya juga
menyajikan kobokan, semangkuk air kran dengan irisan jeruk nipis agar
memberikan aroma segar. Semangkuk air ini tidak untuk diminum; hanya digunakan
untuk mencuci tangan sebelum, dan sesudah makan dengan menggunakan tangan
telanjang.
Menggunakan sumpit untuk makan lazim ditemui di
restoran yang menyajikan masakan Cina yang telah teradaptasi kedalam masakan
Indonesia seperti bakmi atau mi ayam dengan pangsit, mi goreng, dan kwetiau goreng
(mi pipih goreng, mirip char kway teow).
Nasi
Nasi adalah bahan makanan pokok bagi seluruh lapisan
masyarakat Indonesia modern, dan pertanian padi menempati posisi utama
dalam kebudayaan Indonesia; membentuk bentang alam; dijual di pasar;
merupakan bahan dasar banyak jenis makanan dari yang gurih hingga manis.
Pada umumnya beras dimakan dalam bentuk nasi biasa yang
bercita-rasa tawar dengan sedikit sayur-mayur, dan lauk-pauk teman
nasi disisinya sebagai sumber protein dan sumber gizi lainnya.
Beras juga dapat dijadikan ketupat (beras dikukus dalam anyaman daun
kelapa), lontong (beras dikukus dalam kemasan daun pisang),
intip (kerupuk beras), jajanan, bihun, mi, arak beras, dan nasi
goreng.
Padi termasuk dalam pola makan sehari-hari, akan
tetapi seiring berkembangnya teknologi, maka dimungkinkan untuk
memperjualbelikan padi, dan beras dari tempat lain. Bukti temuan padi liar
ditemukan di pulau Sulawesi berasal dari sekitar tahun 3000 SM.
Meskipin demikian, bukti awal dari pertanian beras didapati dari prasasti abad
kedelapan di Jawa yang menyebutkan raja menerapkan pajak dalam bentuk
padi. Pembagian kerja antara laki-laki, perempuan, dan hewan ternak
tetap lestari dalam pertanian padi di Indonesia, seperti ditemui dalam ukiran
relief candi Prambanan, Jawa Tengah yang berasal dari abad
kesembilan: Bajak sawah diikatkan pada kerbau; perempuan menanam
benih, dan menumbuk padi, serta laki-laki mengangkut padi hasil panendengan pikulan di
pundaknya. Pada abad keenambelas, bangsa Eropa yang mengunjungi
kepulauan Indonesia memandang nasi sebagai makanan bergengsi yang disajikan
oleh kaum aristokrat dan ningrat saat upacara, dan perayaan
pesta.
Pertanian padi memerlukan sinar matahari yang
cukup. Penanaman padi di Indonesia terkait dengan perkembangan perkakas
pertanian dari logam dan pemeliharaan ternak kerbau untuk membajak
sawah, dan kotorannya digunakan untuk pupuk. Aslinya bentang alam
Indonesia diselimuti oleh hutan hujan tropis, namun secara perlahan mulai
digantikan dengan sawah, dan permukiman untuk mengembangkan pertanian padi yang
telah berkembang selama 1500 tahun.
Bahan makanan pokok lainnya adalah jagung (di
kawasan kering seperti Madura dan Nusa Tenggara), sagu (di
kawasan Indonesia Timur), singkong(dikeringkan, dan disebut tiwul sebagai
alternatif makanan pokok di kawasan gersang Jawa seperti Gunung Kidul dan
Wonogiri), ketela serta umbi (khususnya pada musim paceklik).
Bumbu
Termahsyur di seluruh dunia sebagai "Pulau
Rempah-rempah", kepulauan Maluku menyumbangkan menyumbangkan tanaman
rempah aslinya bagi seni kuliner dunia. Rempah atau bumbu seperti pala,
kapulaga, cengkih, laos, adalah tanaman asli Indonesia; sementara lada
hitam, kunyit, sereh, bawang merah, kayu manis, kemiri, ketumbar,
dan asam jawa diperkenalkan dari India sebagaimana Jahe, daun bawang,
dan bawang putih yang diperkenalkan dari China. Tanaman bumbu
dari benua Asia itu telah dikembangkan sejak zaman dahulu kala, dan telah
menjadi bagian integral seni kuliner Indonesia.
Pada masa lalu, Kerajaan Sunda dan
kemudian Kesultanan Banten terkenal di seluruh dunia sebagai
penghasil utama lada hitam dengan kualitas terbaik. Kemaharajaan bahari seperti
Sriwijaya dan Majapahit juga berkembang, dan makmur berkat perdagangan
rempah-rempah antara pulau rempah Maluku di Nusantara dengan India, dan China.
Kemudian VOC juga meraih keuntungan besar dari perdagangan rempah
dunia. Kegemaran orang Indonesia akan makanan pedas semakin diperkaya dengan
diperkenalkannya cabai dari benua Amerika oleh pedagang Spanyol sejak
abad ke-16. Sejak saat itu sambal menjadi bagian penting dalam
masakan Indonesia.
Bumbu Kacang
Sejak diperkenalkan dari Meksiko oleh
pedagang Portugis dan Spanyol pada abad ke-16, bumbu kacang
yang terbuat dari kacang tanah menempati posisi istimewa dalam seni
kuliner Indonesia sebagai saus yang populer. Kacang tanah tumbuh
subur di iklim tropis Asia Tenggara, dan kini dapat ditemui dalam bentuk
digoreng, dibakar, diiris halus, ditumbuk, disiramkan di atas masakan atau
menjadi saus celup. Salah satu ciri penting dari masakan Indonesia adalah
penggunaan bumbu kacang yang luas dalam berbagai masakan khas
Indonesia seperti sate, gado-gado, karedok, ketoprak,
dan pecel. Saus atau bumbu kacang Indonesia mewakili hal yang rumit, dan
membumi, daripada suatu bumbu yang kental, dan manis. Bumbu
kacang ini biasanya disiramkan ke atas bahan utama (daging atau sayur) untuk memberikan rasa, atau hanya sebagai saus celup "sambal kacang"
(campuran cabai rawit dan kacang goreng yang digiling) untuk otak-otak atau ketan. Bumbu kacang mencapai tingkat perkembangan yang canggih di Indonesia, dengan
keseimbangan rasa yang halus yang diperoleh dari berbagai bahan sesuai resep
masing-masing jenis bumbu kacang; kacang goreng, gula jawa, bawang
putih, bawang merah, jahe, asam, jawa, jeruk nipis, sereh, garam, cabai, lada,
dan kecap manis, semuanya dihaluskan, dan dicampur dengan tambahan air untuk
mencapai tekstur yang tepat. Rahasia bumbu kacang yang baik adalah "tidak
terlalu kental dan tidak terlalu encer". Bumbu kacang Indonesia tidak
terlalu manis jika dibandingkan bumbu kacang Thailand (yang merupakan
adaptasi campuran). Gado-gado yang dimakan dengan bumbu kacang tersedia hampir
di seluruh Indonesia, dan menampilkan keseimbangan yang halus dari cita rasa
manis, pedas, dan asam.
Santan
Karena Indonesia terletak di kawasan beriklim tropis,
maka sejak dahulu masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai kekayaan
tanaman tropis seperti kelapa. Salah satu ciri khas masakan Indonesia
adalah banyak memakai santan, seperti rendang, soto, sayur lodeh, opor ayam, serta minuman ringan seperti cendol dan es
doger. Santan tidak hanya milik masakan Indonesia, karena santan juga dikenal
dalam seni memasak India, Samoa, Thailand, Malaysia, Filipina,
hingga Brasil. Meskipun demikian santan sangat sering digunakan dalam
masakan Indonesia, terutama pada masakan Padang, sementara pada
masakan Minahasa, santan jarang digunakan dalam masakan, kecuali beberapa
kue seperti klappertart.
Ada dua jenis santan dalam masakan Indonesia, santan
encer, dan santan kental. Perbedaan ini berdasarkan kadar air yang
dikandungnya. Santan encer biasanya digunakan untuk sayur berkuah seperti
lodeh, dan soto, sementara santan kental digunakan untuk rendang, dan
aneka kue dan penganan ringan. Santan dapat diperoleh dari parutan
kelapa segar di pasar atau dalam kemasan karton di pasar swalayan.
Setelah sari kelapa diperoleh, dan menjadi santan, ampas
parutan kelapa dapat digunakan sebagai urap, dibumbui, dan dicampur sayuran.
Urap mirip gado-gado, perbedaanya adalah bumbu kacang diganti
menjadi bumbu parutan kelapa. Ampas kelapa juga dapat disangrai, dan dibumbui
menjadi serundeng. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih gurih,
sebaiknya jangan menggunakan ampas kelapa, tetapi kelapa segar yang masih
mengandung sarinya. Serundeng parutan kelapa berbumbu ini dapat dicampur irisan daging atau ditaburkan begitu saja di atas soto atau ketan.
Salah satu contoh penggunaan santan yang kaya adalah Buras dari Makassar, beras
ketan dibungkus daun pisang dan dimasak dalam santan, kemudian
ditaburkan kelapa parut berbumbu pedas mirip serundeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar